Rabu, 08 Juli 2015

Pembahasan Aplikasi fermentasi dan peanut butter



Trimelia Regina Astasia
1304932

Aplikasi Fermentasi Dalam Fermentasi Dalam Pengolahan Serealia Dan Legum Menjadi Yoghurt Nabati

Pada pratikum kali ini membuat produk susu fermentasi menjadi yoghurt dan soyghurt nabati yang dibuat dari bahan baku susu skim. Susu skim merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Pertama kita harus membuat terlebih dahulu larutan susu dari penyaringan kedelai menjadi filtrat susu, lalu ditambahkan CMC 3% sambil dipanaskan selama 5 menit, kemudian amati warna, aroma rasa dan tekstur yang terbentuk setelah penambahan CMC 3%. Yoghurt baik dikonsumsi karena memiliki kelebihan sebagai minuman yang mudah dicerna ketimbang susu, karena adanya bakteri hidup dan aktif akan memproduksi enzim Lactase.
Pada pembuatan yoghurt dan soyghurt ini ketika proses awal selesai dengan pembuatan larutan susu maka dibagi 2 bagian dengan volume 150 ml, dimana bagian tersebut ada yang ditambahkan susu skim 10%, sukrosa 5% (gula pasir) dan tanpa susu skim sebagai kontrol, kemudian pasteurisasi pada suhu 75-90 oC hingga volumenya berkurang. Tujuan pemanasan ini yaitu untuk menurunkan populasi mikroba dalam susu dan memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan biakan yoghurt. Selain itu, pemanasan susu juga bertujuan untuk mengurangi airnya, sehingga akan diperoleh yoghurt yang lebih padat. Kemudian setelah volume susu berkurang dari volume awal, susu didinginkan hingga suhu 45oC. Hal ini dikarenakan suhu fermentasi yang cocok untuk pembuatan yoghurt adalah 45oC. Proses fermentasi berlangsung selama 24 jam. Kemudian setelah proses fermentasi, didapatkan produk yoghurt dengan tekstur seperti puding dengan bau dan rasa yang asam karena sudah ditambahkan starter yaitu bakteri L. bulgaricus .
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan starter, yang bertujuan untuk menumbuhkan bakteri pembentuk asam yang bisa menguraikan laktosa menjadi bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus). Kedua bakteri yogurt ini merupakan bakteri penghasil asam laktat yang penting peranannya dalam pengaturan mikroflora usus. Saat bertumbuh di usus, Lactobacillus bulgaricus dan S. thermophilus mampu menciptakan keadaan asam yang menghambat bakteri lain.
Mekanisme pembentukan asam laktat pada saat fermentasi yoghurt adalah pada awal fermentasi laktosa pertama-tama laktosa berubah menjadi laktosa fosfat. Bila laktosa terurai, terbentuk galktosa dalam bentuk galaktosa-6-fosfat dan glukosa sebagai glukosa-6-fosfat. Laktosa fosfat kemudian dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa-6-fosfat oleh enzim β-fosfogalaktosidase. Laktosa difosforilasi sebelum terurai menjadi dua senyawa heksosa. Galaktosa dapat difosforilasi dan berubah menjadi glukosa-6-fosfat oleh enzim uridinfosfogalaktosa-4-epimerase menjadi glukosa-6-fosfat. Glukosa-6-fosfat inilah yang kemudian masuk ke jalur glikolisi untuk dimetabolisme menjadi asam laktat melalui aktivitas dari enzim laktat yang dihasilkan oleh Streptococcus thermopillus maupun Laktobacillus bulgaricus
Dalam pembuatan yoghurt, penambahan skim ke dalam bahan baku (susu segar) dimaksudkan untuk meningkatkan BKTL (Bahan Kering Tanpa Lemak). Kandungan BKTL harus ditingkatkan dalam pembuatan yogurt, agar produk akhir memiliki tekstur, aroma yang sempurna, konsistensi yoghurt lebih dan meningkatkan nilai gizi yoghurt (Anjasari, 2010).
Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal setelah diambil krim atau kepala susunya. Susu skim sering disebut sebagai susu tanpa lemak atau susu bebas lemak. Hal ini dikarenakan kandungan lemaknya sangat rendah, maksimal 1% namun kandungan laktosa dan proteinnya sangat tinggi (sekitar 49,2% dan 37,4%) serta kandungan kalorinya rendah.
Warna
Warna fermentasi yoghurt nabati ini pada hari ke-0 cream + dan pada hari ke-7 putih agak kekuning-kuningan ++  yang diamati pada pengujian kontrol, sedangkan pada pengujian susu skim pada hari ke-0 cream ++ dan hari ke-7 warna putih kekuningan +++. Hasil dari pratikum ini bahwa dipengaruhi oleh inkubasi dan penambahan susu skim, starter yang disebabkan selama fermentasi.
Aroma
Aroma pada hari ke-0 terasa asam – dan pada hari ke-7 terasa asam kedelai – yang diamati pada pengujian kontrol, sedangkan pada pengujian susu skim pada hari ke-0 lebih asam ++ dan hari ke-7  aromanya netral +. Yoghurt memiliki aroma khas asam karena dihasilkan dari fermentasi prinsip dapat mengurangi laktosa (gula susu) menjadi bakteri asam laktat (S. thermophillus dan L. bulgaricus) dan terdapat kandungan bahan kering tanpa lemak sehingga aroma yang terdapat pada yoghurt lebih konsistensi dan bernilai meningkatkan nilai gizi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa yoghurt yang dihasilkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Karena yoghurt yang berkualitas baik adalah yoghurt yang memiliki aroma normal atau khas yoghurt
Rasa
Rasa pada hari ke-0 kedelai ++ dan pada hari ke-7 terasa asam +++ yang diamati pada pengujian kontrol, sedangkan pada pengujian susu skim pada hari ke-0 lebih asam ++ dan hari ke-7 rasa Asam +. Rasa asam pada yoghurt ditimbulkan oleh adanya bakteri lactobacillus bulgaricus yang mengubah laktosa menjadi asam laktat yang akan membentuk rasa yoghurt yang khas sehingga starter yang ditambahkan dapat menjadi asam laktat dan zat-zat volatil. Oleh karena itu, perlu diawasi keaktifan bakteri dalam menghasilkan zat-zat tersebut sesuai dengan yang diinginkan, sebab bila biakan tidak aktif, maka bakteri lain dapat tumbuh sehingga mengakibatkan rasa yang kurang enak (menyimpang). Rasa asam yang sangat pekat pada yoghurt karena adanya bakteri L. Bulgaricus.
Tekstur
Tekstur pada hari ke-0 kental ++ dan pada hari ke-7 tidak terlalu kental + yang diamati pada pengujian kontrol, sedangkan pada pengujian susu skim pada hari ke-0 kental ++ dan hari ke-7 teksturnya +++. Tektur lembut dan kental itu dapat disebabkan karena adanya penambahan bahan starter botol dan akibat pengugumpalan protein. Penggumpalan protein diakibatkan oleh pemanasan dan penambahan susu skim. Dengan demikian starter, susu skim dan CMC 3% yang digunakan akan berpengaruh terhadap tekstur yoghurt yang dihasilkan. Selain itu juga keasaman dapat dipengaruhi agar menyebabkan protein susu untuk membuatnya padat (kental). Tektur yang tidak terlalu kental disebabkan karena kerusakan yoghurt oleh mikroflora yang tahan asam yaitu kapang dan khamir. 


pH
pH pada hari ke-0 4,52 dan pada hari ke-7 4,41 yang diamati pada pengujian kontrol, sedangkan pada pengujian susu skim pada hari ke-0 4,30 dan hari ke-7 pHnya 4,13. pH yang terjadi karena dipengaruhi oleh keaktifan dari biakan yoghurt dan lama inkubasi juga berpengaruh pada nilai pH dapat menurunkan nilai pH yoghurt, hal ini dikarenakan semakin banyak kultur yang ditambahkan dan semakin lama inkubasi mengakibatkan menurunya nilai pH semakin asam. Proses penyimpanan yoghurt dipengaruhi oleh suhu, apabila suhu tersebut lebih tinggi maka akan mempercepat penurunan pH dari hari-0 sampai hari ke -7 karena yoghurt disimpan pada suhu 4oC oleh karena dapat mempertahankan cita rasa dan aroma, yoghurt dan menghambat aktivitas mikroba dalam yoghurt.
Kadar TAT
Kadar TAT pada hari ke-0 10,1 dan pada hari ke-7 ..... yang diamati pada pengujian kontrol, sedangkan pada pengujian susu skim pada hari ke-0 24,3 dan hari ke-7 Kadar Total Asam Titrasi (TAT) dinyatakan dengan persen asam laktat. Asam laktat (C3H6O3) merupakan komponen asam terbesar yang terbentuk dari hasil fermentasi susu menjadi yogurt. Total asam tertitrasi pada pangan ditentukan oleh titrasi asam basa untuk memperkirakan konsentrasi total asam. Sebagian besar asam tersebut merupakan asam organik yang mempengaruhi cita rasa, warna, stabilitas mikrobial dan kualitas pangan Perubahan kadar total asam terjadi selama masa pemeraman. Total asam akan meningkat selama penyimpanan dan peningkatan paling tinggi terjadi pada yogurt yang menggunakan kultur campuran. Suasana asam pada yogurt disebabkan adanya metabolisme laktosa oleh bakteri asam laktat sehingga timbul rasa asam dan pengendapan kasein.

Kesimpulan
1.      Yoghurt adalah salah satu produk hasil olahan susu fermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.
2.      Perubahan warna, tekstur, aroma, rasa, pH akibat fermentasi yang berlangsung pada penambahan bahan CMC 3%, susu skim, dan stater dari yoghurt itu sendiri.
3.      Aroma dan rasa asam itu karena adanya fermentasi asam yang sudah ditambahkan starter yaitu bakteri L. bulgaricus .
4.      Perubahan terhadap yoghurt kedelai, kacang hijau, dan jagung itu sama-sama dipengaruhi oleh adanya fermentasi bakteri lactobacilus bulgaricus pada asam laktat.
5.      Yoghurt yang dihasilkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia Karena yoghurt yang berkualitas baik adalah yoghurt yang memiliki aroma normal atau khas yoghurt
6.      Suhu saat pembuatan yoghurt sangat dipengaruhi karena kalau suhu tidak optimum maka yoghurt yang dihasilkan akan rusak dan menimbulkan bakteri alin yang tumbuh di fermentasi yoghurt tersebut.
7.      Tektur yang tidak terlalu kental disebabkan karena kerusakan yoghurt oleh mikroflora yang tahan asam yaitu kapang dan khamir. 
8.     Susu nabati kacang hijau dapat diolah menjadi yoghurt nabati kacang hijau dengan penambahan sukrosa dan susu skim. Perlakuan yang menghasilkan jumlah asam terendah (Sukrosa 0%, susu skim 0%) yaitu 0,34% dan belum memenuhi persyaratan sesuai SNI 01-2981-1992.


Daftar Pustaka
Radiati lilik Eka, dkk,. 2012. Pengaruh Penambahan Berbagai Konsentrasi Kultur Dan Lama Pemeraman Pada Suhu Ruang Terhadap Ph, Viskositas, Kadar          Keasaman Dan Total Plate Count (Tpc) Set Yoghurt. Fakultas Peternakan.     Universitas Brawijaya Malang
Anjasari, Bonita, (2010), Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi,   Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Buckle, (2007), Ilmu Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Muchtadi, Tien, (1992), Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan, Institut Pertanian          Bogor, Bogor
Winarno, F.G . 1980 . Gula Susu dan "Lactose Intolerance" . Harian Kompas, 27   Juli .
Husna, N. 2000. Mempelajari Pengaruh Jenis Kultur dalam Pengeringan Beku dan             Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Kultur Starter Yogurt. Skripsi.          Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor.
Agustina, Wawan. 2010. Pengaruh Variasi Konsentrasi Sukrosa dan Susu Skim Terhadap Jumlah Asam sebagai Asam Laktat Yoghurt Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 26 Januari 2010


Pengolahan kacang tanah pembuatan peanut butter/ Selai

Berdasarkan hasil pengamatan didapat hasil selai kacang memiliki basis bahan pangan 200 gram tanpa kulit kacang, karena dalam pembuatan selai kacang kulitnya tidak diinginkan dan penambahan bahan lain seperti 20% gula, 1% garam, 10 ml minyak.
Proses pembuatan selai kacang di awali dengan proses penimbangan bahan-bahan untuk mengetahui berat bahan sesuai dengan basis. Kacang tanah yang telah ditimbang disangrai dengan tujuan untuk mematangkan kacang dan meningkatkan aroma khas kacang. Sedangkan penggorengan menggunakan frying yang bertujuan untuk mengawetkan bahan pangan agar umur simpannya lebih lama, meningkatkan kualitas dari bahan pangan tersebut, dan mengurangi kadar air dalam bahan pangan sehingga menjadi lebih tahan lama. Oleh karena itu penggorengan suatu proses pengolahan makanan yang digunakan untuk mengubah kualitas bahan pangan menjadi lebih baik lagi.
Pencampuran bahan-bahan seperti sukrosa, susu kental manis dan air bertujuan untuk mencampurkan semua bahan-bahan agar tercampur rata. Fungsi penambahan sukrosa adalah untuk mengentalkan, meningkatkan cita rasa, penambah rasa manis, aroma selain itu dengan konsentrasi gula ini dapat memperpanjang umur simpan karena gula dapat menyerap kadar air dalam bahan selai kacang sehingga tidak dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Penggorengan yang dilakukan dapat menimbulkan berbagai akibat, antara lain: rasa gurih pada bahan pangan bertambah karena ada minyak yang berikatan dengan bahan pangan, bahan pangan menjadi lebih kering sehingga Aw pada bahan pangan menjadi turun dan pertumbuhan mikroorganisme terhambat, warna pada bahan mengalami perubahan karena terjadi perubahan komponen kompleks menjadi komponen lebih sederhana yang berwarna hitam atau gelap, flavor bahan pangan berubah (Winarno et al.,1980). Penyaringan yang tidak sempurna merupakan salah satu penyebab dalam pembuatan selai kacang, sehingga selai kacang yang dihasilkan beraroma kacang langu atau mentah dan warna yang dihasilkan tidak sempurna.


Frying (Goreng Menggunakan Minyak)
Pada hari ke-0 warnanya coklat (++), Aroma kacang (++), Rasa manis gurih (++), tekstur (-), daya oles (++) Pada hari ke-5 warna coklat (+), aroma kacang (++), rasa asin manis gurih (+), tekstur mengendap bagian bawah, daya oles (+). Pada hari ke-12 warnanya coklat (+), aroma kacang (++), rasa asin (++), tekstur kental (++), daya oles (+++)
Warna yang terjadi ketika awal pembuatan dan pada hari ke5 selai berwarna coklat, itu terjadi karena saat penggorengan suhu api yang digunakan terlalu besar dan terlalu lama saat penggorengannya menyebabkan adanya reaksi browning pada saat penggorengan sehingga warna pada kacang menjadi coklat tua (gosong) dan seharusnya warna yang bagus itu coklat muda (keemasan), aroma masih terasa khas kacang karena pada proses penggorengan terbentuknya zat-zat yang bisa menimbulkan aroma yang sangat khas kacang. Rasa hari ke-0 manis gurih karena adanya penambahan gula yang bermanfaat untuk memberikan rasa manis terhadap bahan olahan, gurih yang terdapat pada selai disebabkan saat proses penggorengannya sampai kacang tanah renyah dan gurih. Sedangkan pada hari ke-5 rasa menjadi asin manis gurih, asin yang terdapat pada rasa itu karena disebab adanya pengendapan selainya kebagian bawah sehingga yang diatas hanya tersisa rasa asin.
Tekstur termasuk sebagai penstabil, tetapi hasilnya agak cair dan tidak kental seperti selai aslinya, tekstur yang terjadi ini karena saat penggilingan bahan yang dimasukkan dalam blender terlalu seperti minyak sehingga menghasilkan tekstur yang encer dan tidak menarik bagi konsumen dan juga berpengaruh pada saaat daya pengolesannya tidak bagus dan cepat menyerap dalam pori-pori toti tawar karena penambahan bahan gula tidak sebanding dengan penambahan minyak.
Pada pengamatan terakhir perubahannya hanya pada rasa asin, yang bisa disebabkan karena pencampuran garam saat praktikum tidak merata adanya pengaruh lain.
Tanpa Frying (Sangrai)
Pada hari ke-0 warna krem (++++), aroma kacang (++++), rasa manis, gurih (+++), tekstur kurang halus (++), daya oles (++++)
Pada Hari ke-5 warna krem (++++), aroma kacang (++++), tekstur minyak terpisah diatas permukaan, daya oles (++)
Pada hari ke-12 warna krem (++++), aroma kacang (++++), tekstur lembut, viskositas meningkat, minyak terpisah diatas permukaan, daya oles (++) 
Warna yang berlangsung pada proses penyangraian krem karena suhu api yang digunakan optimum tidak terlalu panas dan tidak rendah sehingga diproleh warna yang merata dan seragam sampai kepermukaan biji, hasil warna selai juga akan bagus tidak gosong.
Dari hasil pengamatan selai sangrai membentuk warna, aroma, teksturnya yang khas karena adanya penambahan gula dalam pembuatan selai disarankan perbandingan dengan berat bahan yang digunakan. Hal ini bertujuan memberikan rasa manis agar dapat terasa saat pengkonsumsiannya sebagai bahan tambahan untuk makan roti dalam pengolesan. Bahan minyak digunakan untuk melembutkan tekstur, menghasilkan aroma dan warna yang khas sehingga selai tidak encer. Tektur lembut minyak terpisah diatas permukaan karena penambahan minyak sangat banyak sehingga mengendap.

Kesimpulan
1.      Proses pengyangraian bagus saat pembuatan selai tetapi yang banyak disukai konsumen dengan proses digoreng.
2.      Perbedaan pembuatan selai pada warna ketika digoreng akan berwarna coklat, sangrai akan berwarna krem membedakannya karena kalau coklat adanya browning akibat pemanasan dengan minyak, sedangkan sangrai hanya dipengaruhi oleh suhu api.
3.      Pada sangrai sangat dipengaruhi oleh penambahan gula sehingga menghasilkan tektur, warna yang khas.

Daftar Pustaka
Anonim, Tinjauan Pustaka. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 02   april 2015
            http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20898/Chapter%20            II.pdf;jsessionid=2F20A116BBC3501CED544A3CC29C74B7?sequence=
Buckle, (2007), Ilmu Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Muchtadi, Tien, (1992), Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan, Institut Pertanian          Bogor, Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar