Rabu, 08 Juli 2015

Apa Itu Stres ???


 STRESS !!!!



Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bila muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Stres berasal dari kata Perancis retrecir, berarti kesempitan, suatu penyempitan, atau faktor pembatasan kekuatan. Jenis stres yang paling berbahaya-stres-negatif-umumnya terjadi ketika anda memandang perubahan dan tekanan sebagai suatu beban serta menanggapi peningkatan tuntutan sebagai ancaman. Anda merasakan frustasi atau ketidakberdayaan, dan cenderung untuk menganggap diri sebagai korban dari keadaan sekitar.
Pengulangan atau berlarutnya stres negatif dapat menyebabkan berbagai reaksi kejiwaan yang kompleks, yang barangkali melibatkan lebih dari 1.500 perubahna kimia yang berbeda dalam otak dan tubuh. Hal itu bahkan dapat membawa kita pada kelelahan energi mental dan fisik, serta melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Ketika anda dihadapkan pada kejadian yang menyebabkan stres, kalau anda bereaksi secara negatif pada stres, pembawa pesan kimia otak, yang dibawah otak anda akan memberi perintah pada kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol. Impuls saraf juga merangsang adrenalin untuk  menghasilkan nonadrenalin dan adrenalin, yang bergelombang memasuki aliran darah dan menyiagakan tubuh dengan merangsang jutaan serabut saraf tertentu. Baik adrenalin dan kortisol membangkitkan tekanan darah selama stres. Adrenalin meningkatkan kekentalan darah (elemen pengumpalan darah), sementara kortisol meningkatkan jumlahnya, sehingga dapat menyebabkan penggumpalan yang melekat pada dinding pembuluh nadi, membuatnya menjadi sempit. Kelebihan adrenalin juga dapat mengerutkan dan memutuskan serabut otot jantung, membuat jantung mudah diserang, dan oleh karenanya akan melemahkan jantung. Kelebihan kortisol juga dapat membangkitkan kolesterol, yang turt menyumbang pada pengerasaan pembuluh nadi.
Dalam suatu studi yang dilakukan di Harvard, ditemukan bahwa orang yang kurang baik dalam menangani stres, berpotensi sakit empat kali lebih besar dibanding mereka yang mampu menanggulangi stres secara terampil. Kesalahan pengelolaan “stres negatif” memengaruhi sistem kekebalan tubuh, fungsi jantung, tingkatan hormon, sistem saraf, ingatan dan pemikiran, koordinasi fisik, serta tingkat metabolisme. Ini membangkitkan kolesterol darah, tekanan darah, dan tingkat keasaman urine, juga meningkatkan risiko masuknya penyakit, termasuk penyakit jantung, kanker, menurunya kekebalan tubuh, dan bahkan demam biasa. Selain itu, stres negatif juga mempengaruhi sel-sel otak dan daerah-daerah disekitarnya sehingga menyebabkan penuaan dini pada otak orang dewasa. Pemberondongan hormon stres yang berkelanjutan pada otak menghancurkan penerima hormon serebral dan melemahkan daerah otak yang mengendalikan hormon adrenalin-glukokortisoid juga menghalangi masuknya glukosa ke dalam sel-sel otak, karena itu membunuh mereka.
Anda yang sering mengalami stres patut waspada terhadap kemampuan otak yang menurun. Pasalnya stres berlebihan akan membuat sel-sel baru di otak mati. Demikian menurut hasil riset yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience di Inggris. Dalam penelitian terhadap tikus percobaan, para ilmuwan dari Universitas Rosalind Franklin, Inggris, menemukan adanya penurunan sel pada hippocampus, tepatnya di area otak yang berfungsi untuk proses mengingat, belajar, dan emosi. Hippocampus adalah bagian dari otak yang terdiri dari dua area yang akan terus menumbuhkan sel-sel syaraf sepanjang hidup, baik pada manusia atau tikus.
Menurut tim peneliti, penurunan jumlah sel pada hippocampus ini terjadi karena depresi. Namun matinya sel-sel ini tidak langsung terjadi pada saat seseorang mengalami stres melainkan satu hari kemudian. Dalam risetnya, tim peneliti meletakkan tikus kecil bersama dengan dua tikus dewasa dalam kandang selama 20 menit. Tikus dewasa ini bersifat menguasia dan mengganggu si tikul kecil. Akibatnya, hormon stres dalam tubuh tikus ini meningkat tujuh kali lipat dibandingkan dengan tikus yang hanya berada di kandang sendirian.
Dari hasil analisa mikroskop terhadap jaringan otak diketahui tingginya hormon stre menyebabkan kemampuan perkembangan sel baru di hippocampus berkurang. Hasil ini sekaligus menyangkal teori sebelumnya yang menyatakan hormon stres akan mengambakna pertumbuhan sel baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar