BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konseling
adalah sebuah penemuan abad ke-20 yang indah, karena konseling membantu
seseorang untuk mencari solusi dalam permasalahan hidupnya. Saat ini, kita
hidup dalam dunia yang komplek, sibuk, dan terus berubah. Di dunia ini, ada
banyak pengalaman yang sulit untuk dihadapi oleh seseorang. Maka dari itu
layanan konseling hadir untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Hal
ini dikarenakan tidak semua manusia mampu mencari solusi dari masalah yang
dihadapinya secara benar.
Negara
yang maju adalah negara yang masyarakatnya madani. Dimana masyarakatnya sudah
tidak takut untuk berpendapat, mampu bersaing secara sehat, kreatif dan maju.
Negara yang maju akan memiliki masyarakat yang mampu menyelesaikan masalahnya,
melalui pendidikan yang tepat hal itu akan tercapai. Pendukung utama bagi
tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah
pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak
hanya cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi harus didukung oleh peninggkatan profesionalisasi dan sistem manajemen
tenaga pendidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik atau menolong diri
sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita – citanya.
Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut
aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial,
kematangan intelektual dan sistem nilai peserta didik. Berkaitan dengan
pemikiran tersebut, tampak bahwa pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan
yang menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang
diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu
komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah. Guru sebagai
salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab
sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, di tuntut
untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep –konsep dasar bimbingan dan
konseling di sekolah.
Sebagai
individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan
yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian
memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinterksi
dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah.
Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya. Strategi bimbingan dan konseling memudahkan konselor dalam praktik bimbingan dan konseling agar bimbingan dan konseling lebih terarah dan tepat sasaran.
Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya. Strategi bimbingan dan konseling memudahkan konselor dalam praktik bimbingan dan konseling agar bimbingan dan konseling lebih terarah dan tepat sasaran.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja strategi dasar bimbingan dan konseling?
2. Mengapa
perlu dilakukannya strategi dalam pelayanan bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana
seorang konselor melayani bimbingan dan konseling dengan strategi?
4. Kapan
waktu yang tepat dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling
5. Dimanakah
pelayaan bimbingan dan konseling tepat dilakukan
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui jenis-jenis masalah peserta
didik yang diperkirakan mengalami masalah serta mencari strategi dalam
pemecahan masalahnya.
2.
Untuk mengetahui peranan strategi dalam
bimbingan dan konseling agar konselor maupun konseling paham pentingnya
bimbingan dan konseling.
3. Untuk
mengetahui tahap-tahap dalam bimbingan dan konseling menggunakan strategi.
4. Agar
situasi bimbingan dan konseling dilakukan secara tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bimbingan dan
konseling sebuah manajemen atau penataan diperlukan agar bimbingan dan
konseling sesuai dan tepat sasaran. Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya
untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan
konseling melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
(a) pengembangan program
(b) pengembangan staf
(c) pemanfaatan sumber daya, dan
(d) pengembangan penataan kebijakan.
Secara operasional program disusun secara
sistematis sebagai berikut :
(a) Rasional berisi
latar belakang penyusunan pogram bimbingan didasarkan atas landasan konseptual,
hukum maupun empirik
(b) Visi da misi,
berisi harapan yang diinginkan dari layanan Bk yang mendukung visi, misi dan
tujuan sekolah
(c) Kebutuhan layanan bimbingan, berisi data
kebutuhan siswa, pendidik dan isntitusi terhadap layanan bimbingan. Data
diperoleh dengan mempergunakan instrumen yang dapat
dipertanggungjawabkan
(d) Tujuan,
berdasarkan kebutuhan ditetapkan kompetensi yang dicapai siswa berdasarkan
perkembangan
(e) Komponen
program:
(1) Layanan dasar, program yang secara umum
dibutuhkan oleh seluruh siswa pertingkatan kelas
(2) Layanan responsif, program yang secara
khusus dibutuhakn untuk membatu para siswa yang memerlukan layanan bantuan
khusus
(3) Layanan perencanaan individual, program
yang mefasilitasi seluruh siswa memiliki kemampuan mengelola diri dan merancang
masa depan
(4) Dukungan sistem, kebijakan yang mendukung
keterlaksanaan program, program jejaring baik internal sekolah maupun eksternal
(f) Rencana operasional
kegiatan
(g) Pengembagan
tema atau topik (silabus layanan)
(h) Pengembangan
satuan layanan bimbingan
(i) Evaluasi
(j)
Anggaran
Strategi
adalah suatu pola yang direncanakan secara sengaja untuk melakukan kegiatan
atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam
kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Menurut
Hardy, Langley, dan Rose Sudjana (1986) mengemukakan bahwa strategi dapat
dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan
kegiatan. segala kegiatan yang dilakukan memerlukan strategi dalam penerapannya
karena dengan strategi semua kegiatan akan terancana sesuai dengan strategi
yang telah di buat. Berdasarkan pada komponen program layanan bimbingan dan
konseling, berikut strategi bimbingan dan konseling berdasarkan masing-masing
komponen :
1.
Strategi
untuk Layanan Dasar Bimbingan
a. Bimbingan Klasikal
Sebagaimana telah dikemukakan pada
paparan di atas, bahwa layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini
berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor
untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor
memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui
pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang
bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal
pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki
pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa
diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti :
kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal
pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk
SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara
layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa
tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik
melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik,
seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan informasi
untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua
siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
b.
Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan
bimbingan kepada siswa melalui kelompok kelompok kecil (5 s.d. 10 orang).
Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik
yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat
umum (common 25 problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang
efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan
kelompok ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang
lebih efektif dan produktif.
c. Berkolaborasi dengan Guru Mata pelajaran atau
Wali Kelas
Semua pihak, yang dalam hal ini
khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan
guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti
prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah
siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh
guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya : (a) menciptakan sekolah
dengan iklim sosioemosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa; (b)
memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam; (c) menandai siswa yang
diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program
remedial teaching; (e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (f) memberikan
informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati
siswa; (g) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat
memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan
keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (h)
menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun
moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi
siswa); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata
pelajaran yang diberikannya secara efektif.
d. Berkolaborasi
(bekerja sama) dengan Orangtua
Dalam upaya meningkatkan kualitas
peluncuran program bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para
orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa
tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah.
Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi,
pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya
mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi
siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa
upaya, seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang
tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang
pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan
informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau
masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di
rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku
sehari-harinya.
2.
Strategi untuk Layanan Responsif
a.
Konsultasi
Konselor
memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan
sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan
kepada para siswa.
b. Konseling
Individual atau kelompok.
Pemberian
layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami
kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah,
penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual
maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa
memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini,
masingmasing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama
lain saling memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Referal
(Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila
konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka
sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang
lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien
yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi,
tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
d. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer
Facilitation)
Bimbingan teman
sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang
lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan
oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau
tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik
akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai
mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang
kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan
atau konseling.
3.
Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual
a. Penilaian Individual atau Kelompok
(Individual or small-group Appraisal)
Yang dimaksud
dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa menganalisis dan menilai
kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan
bahwa konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya,
yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek
pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini,
siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara
positif dan konstruktif.
b. Individual or Small-Group Advicement
Konselor memberikan
nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau memanfaatkan hasil penilaian
tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir
yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif
kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi
untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan
tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan
yang telah dilakukannya
4.
Strategi untuk Dukungan Sistem
a. Pengembangan Professional
Konselor secara
terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan keterampilannya
melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif
dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau
(4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).
b. Pemberian
Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor perlu
melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah
lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk
memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya
kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program
bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya
sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan
dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan
pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi,
seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam
bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang
tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker
(dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).
c. Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak
mungkin akan terkelola, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu
sistem pengolahan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas,
sistematis, dan terarah.
Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981)
mengemukakan bahwa “management is the process of planning, organizing, leading
and controlling the efforts of organizing members and of using all other
organizational resources to achieve stated organizational goals”.
Aspek-aspek sistem manajemen program layanan
bimbingan dan konseling
1) kesepakatan Manajemen
Kesepakatan
manajemen diperlukan untuk menjamin implementasi program dan strategi
peluncuran dalam memenuhi kebutuhan siswa dapat dilakukan secara efektif.
Kesepakatan ini menyangkut proses meyakinkan dan mengembangkan komitmen semua
pihak di lingkungan sekolah bahwa program bimbingan dan konseling sebagai
bagian terpadu dari keseluruhan program sekolah.
2) Keterlibatan
Stakeholder
Komite
sekolah sebagai representasi masyarakat atau stakeholder memerlukan penyadaran
dan pemahaman akan keberadaan dan pentingnya layanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
3) Manajemen dan
Penggunaan Data
Program bimbingan dan konseling komprehensif.
Penggunaan data akan menjamin setiap siswa memperoleh manfaat dari layanan
bimbingan dan konseling. Konselor harus menunjukkan bahwa setiap aktivitas
diimplementasikan sebagai bagian dari keutuhan program bimbingan dan konseling
yang didasarkan atas analisis cermat terhadap kebutuhan, prestasi, dan data
terkait siswa. Manajemen data dilakuakan secara manual maupun komputer. Dalam
era teknologi informasi manajemen data siswa dilakukan secara komputer.
Penggunaan data siswa dan lingkungan sekolah yang tertata dan dikelola dengan
baik untuk kepentingan memonitor kemajuan siswa, akan menjamin seluruh siswa
menerima apa yang mereka perlukan untuk
keberhasilan sekolah.
Konselor harus cermat dalam mengumpulkan.
Menganalisis, dan menafsirkan data degan kemajuan perkembangan siswa dapat
dimonitor dari : prestasi belajar, data yang terkait dengan prestasi belajar,
dan data tingkat penguasaan tugas-tugas perkembangan atau kompetensi.
4) Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan (action plans) diperlukan utuk menjamin
peluncuran program bimbingan dan konseling dapat dilaksanaka secara efektif dan
efesien. Rencana kegiatan adalah uraian detil dari program yang menggambarkan
struktur isi program, baik memfasiitasi siswa mencapai tugas perkembangan atau
kompetensi.
5) pengaturan Waktu
Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program
perencanaan waktu didasarkan kepada isi program dan dukungan manajeman yang
harus dilakukan oleh konselor. Sebagai contoh , misalnya 80% waktu digunakan
untuk melayani siswa secara langsung dan 20% digunakan untuk dukungan
manajerial. Porsi waktu untuk peluncuran komponen program dapat diterapkan
sesuai dengan pertimbangan sekolah , misalnya :
u Layanan
dasar (30-40%)
u Responsif
(15-25%)
u Perencanaan
individual (25-35%)
u Dukungan
sistem (10-15%)
Dalam
konteks kurikulim Berbasis Kompetensi dan Bimbingan dan Konseling Perkembangan,
perlu ditetapkan waktu secara terjadwal untuk layanan bimbingan dan konseling
klasikal.
6) Kalender Kegiatan
Program bimbingan dan konseling sekolah yang telah
dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalnder
kegiatan, mencakup kalender tahunan, semesteran, bulanan dan mingguan
7) Jadwal Kegiatan
Program bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk
(a) kontak langsung dan (b) tanpa kontak langsung dengan siswa. Untuk kegiatan
kontak langsung yang dilakukan secara klasikal dikelas (layanan dasar) perlu
dialokasikan waktu terjadwal 1-2 jam pelajaran per-kelas per-minggu . Dalam
struktur kurikulum materi pengembangan diri selama 2 jam/minggu, yang berlaku
bagi semua satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam implementasinya, materi
pengembangan diri dilakukan oleh konselor.
Sementara kegiatan langsung dilakukan secara individual dan kelompok
dapat dilakukan di ruang bimbingan, dengan menggunakan jadwal di luar jam pelajaran. Adapun kegiatan
bimbingan tanpa kontak langsung dengan siswa dapat dilaksanakan melalui tulisan
(seperti buku-buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home
visit), konferensi kasus (case conference) dan alih tangan (referal)
8) Anggaran
Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari
manajemen bimbingan dan konseling. Anggaran ini harus masuk kedalam Anggaran
dan Belanja Sekolah
9) Penyiapan Fasilitas
Fasilitas yang diharapkan tersedia di sekolah ialah
ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang
memungkinkan tercapainya proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu.
Ruangan hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para siswa yang
berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang, aman, dan nyaman, serta segi lain
di ruangan tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan sesuai
dengan asas-asas dan kode etik bimbingan
dan konseling. Terkait dengan fasilitas bimbingan dan konseling, dapat
dikemukakan tentang unsur-unsurnya, yaitu : (1) tempat kegiatan, yang meliputi
ruang kerja konselor, ruang layanan konseling dan bimbingan kelompok, ruang
tunggu, tamu, ruang tenaga administrasi, dan ruang perpustakaan, (2) instrumen
dan kelengkapan administrasi, sperti : angket siswa dan orang tua, pedoman
wawancara, pedoman observasi, format konseling, format satuan layanan, dan
format surat referal, (3) Buku-buku panduan, buku informasi tentang studi
lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi layanan
bimbingan, buku program tahunan, buku program semesteran, buku kasus, buku
harian, buku hasil wawancara, laporan kegiatan layanan, data kehadiran siswa,
leger BK, dan buku realisasi kegiatan BK, (4) perangkat elektronik (seperti
komputer, dan tape recorder) dan (5) filling kabinet (tempat penyimpanan
dokumentasi dan data siswa).
BAB III
STUDI
KASUS
Nana merupakan
siswa kelas XI SMK Plus Pertiwi Kuningan yang barusan naik kelas XII. Ia
berasal dari keluarga yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa
Wanasaraya Kec. Kalimanggis , sebagai anak Kedua semula orang tuanya sangat
ingin sekali setamat SLTP anaknya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi;
Nana dengan keinginanya sendiri akhirnya melanjutkan di SMK Swasta yang
terdapat di kuningan namun dia juga sebenarnya dia merasa menyesal yang di
kiranya dia daftar di SMK Pertiwi Malah di SMK Plus Pertiwi yang ada di
sukamulya. Akan tetapi lama – kelamaan Nana mulai terbiasa dan akhirnya merasa
betah di SMK tersebut. Sejak diterima di SMK Tersebut Nana bangga bisa
melanjutkan ke SMK, setelah Nana mulai naik ke kelas XII dia mulai bingung
mengenai karir yang akan ditempuhnya setelah lulus nanti. Di dalam dirinya
terjadi dua pilihan karir yaitu bergelut di bidang otomotif atau computer,
memang jurusan yang di tempuhnya bergelut di bidang otomotif, namun dia juga
tertarik dengan bidang komputer. Makin lama perasaan itu makin sering dipikirkan yang akhrinya Nana sering melamun bahkan yang
tadinya tipe anak ceria sekarang jadi pendiam.
Langkah
Bimbingan & Konseling.
A. Bimbingan
Karir bagi siswa
Menurut Ruslan
Abdul gani bimbingan karir adalah “suatu proses bantuan layanan dan pendekatan terhadap
individu (siswa atau remaja) agar individu yang bersangkutan dapat mengenal
dirinya dan dapat mengenal dunia kerja merencanakan masa depannya, dengan
bentuk kehidupan yang diharapkan yang menentukan pilihannya dan mengambil suatu
keputusan” Layanan bimbingan karir merupakan layanan yang diberikan pembimbing
kepada klien dalam memecahkan masalah karir yang dihadapi klien. Dibawah ini
akan diuaraikan beberapa pendapat tentang bimbingan karir yaitu sebagai
berikut:
- Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir ( pekerjaan ) untuk memperoleh penyesuaian sebaik-baiknya dengan masa depannya.
- Bimbingan karir merupakan proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja diluar, mempertemukan gambaran tentang diri tersebut dengan dunia kerja itu. Dan pada akhirnya dapat :
· Mengenal
dirinya sendiri
· Mengenal
dunia kerja
· Dapat
memutuskan apa yang diharapkan dari pekerjaan dan
·
Dapat memutuskan
bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan disamping pekerjaan untuk mencari
nafkah
- Bimbingan karir membantu siswa dalam mengambil keputusan mengenai karir atau pekerjaan utama yang mempengaruhi hidupnya dimasa mendatang
B. Pentingnya
Pemilihan Karir bagi siswa
Karir bagi
siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai
dengan kemampuan yang miliki namun haruslah ditentukan.
Untuk membentuk
hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang didasarkan
pada pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di
masyarakat. Keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah
semudah seperti apa yang dibayangkan, agar siswa mempunyai pilihan yang tepat
terhadap suatu pilihan karir atau pekerjaan. Siswa tidak dapat menentukan karir tanpa bantuan dan bimbingan
dari konselor, karena disadari atau tidak untuk dapat memahami kemampuan diri
siswa tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan
bimbingan dan arahan dari konselor.
Upaya Mengatasi Masalah Pemilihan Karir Siswa
Keberhasilan
siswa dalam menentukan dan memilih karir amatlah ditentukan dari kemampuan guru
pembimbing memberikan gambaran dan memberikan keyakinan kepada siswa tentang
kemampuan dan potensi yang dimiliki serta mampu mengarahkan siswa menuju karir
yang sesuai dengan kemampuannya tersebut. Dalam memberikan keyakinan dan
munculnya kepercayaan siswa terhadap guru pembimbing setidaknya guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri
- Sikap positif dan wajar
- Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan
- Pemahaman siswa secara empatik
- Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu
- Penampilan diri secara asli dihadapan siswa
- Kekongkritan dalam menyatakan diri
- Penerimaan siswa secara apa adanya
- Perlakuan siswa secara premisive.Kepekaan terhadap parasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa menyadari dari perasaan itu
- Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus
Kesadaran bahwa
tujuan pengajaran bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang
lebih dewasa. Jika hal tersebut sudah dilaksanakan oleh guru pembimbing maka
tidak akan kesulitan bagi guru pembimbing untuk mengarahkan siswa ketempat yang
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut